A. LATAR BELAKANG
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan
tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman
obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin populer
karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil
bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko,
apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan
terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi
nasional yang terpuruk dewasa ini.
Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli
Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi
Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh
lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah
buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan
komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia.
Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia
perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan
komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya
menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik
secara domestik maupun global.
B. MENGENAL LIDAH BUAYA
1. Sejarah Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tanaman
asli Afrika, tepatnya dari
Ethiopia. Akan tetapi banyak berkembang
di Yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-14 SM. Sekarang daerah penyebarannya sudah ke
seluruh dunia termasuk Indonesia.
Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda di masing-masing wilayah, misalnya
Filipina : natau, Malaysia : jadam, Francis : aloe, Spanyol : sa’villa, India :
musabba, Arab : sabbar, Tibet : jelly leek, dan Indonesia : lidah buaya.
Penyebaran lidah buaya di
Indonesia dimulai pada abad ke-17 yang dibawa oleh orang China. Pada awalnya lidah buaya hanya dimanfaatkan
sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan obat pencuci rambut. Sejak tahun 1990 mulai dikembangkan secara
besar-besaran untuk bahan baku kosmetik, farmasi, minuman dan makanan.
2. Manfaat
Lidah Buaya
Tanaman
lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman
dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh, mengobati berbagai penyakit
maupun untuk makanan dan minuman.
Berdasarkan hasil penelitian, lidah
buaya dapat berfungsi sebagai anti-bakteri, anti-jamur, dan regenerasi
sel. Di samping itu, lidah buaya
bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderia diabetes,
mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita
HIV. Penggunaannya dapat berupa gel,
dalam bentuk segar atau dalam bentuk bahan jadi (kapsul, jus, pasta, atau
makanan dan minuman kesehatan).
Manfaat lain dari gel lidah buaya
adalah meningkatkan sitem kekebalan tubuh, menghilangkan keletihan,
menghilangkan stres, bahan pembersih tubuh, membantu menstabilkan kadar
kolesterol darah, menguatkan sel dan jaringan, memperlambat penuaan dini,
meningkatkan metabolisma tubuh dan menguatkan fungsi-fungsi tubuh.
3. Morfologi
Tanaman lidah buaya terdiri
dari akar, batang, daun dan bunga. Akar
lidah buaya merupakan akar serabut yang tumbuh ke samping sepanjang 30 – 40
cm. Akar tersebut keluar dari batang
yang tertimbun tanah. Tinggi tanaman
lidah buaya bervariasi sesuai jenisnya dengan bentuk batang bulat
berserat. Pada waktu masih muda
batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun yang rapat di sekeliling
batang dan sebagian terbenam dalam tanah.
Akan tetapi setelah pelepahnya dipanen beberapa kali batang tanaman ini
akan terlihat jelas.
Daun yang berwarna hijau dan
bergerigi atau duri di sepanjang tepi daunnya mempunyai panjang bervariasi
sesuai dengan jenisnya. Bentuknya
meruncing ke bagian atas seperti bentuk tombak, mempunyai permukaan yang rata
di bagian atas dan cembung di bagian bawah. Daun lidah buaya banyak mengandung
air, oleh karena itu tanaman ini tergolong pada tanaman sukulen.
Bunga lidah buaya tersusun
melingkar di ujung tangkai yang menjulang vertikal. Warna bunga bervariasi tergantung jenisnya,
ada yang kuning, ungu, dan merah tua.
4. Jenis
lidah buaya
Lidah buaya merupakan tanaman
sukulen (banyak mengandung air) yang termasuk suku Liliaceae. Ada sekitar 350 jenis lidah buaya yang hidup
di dunia yang termasuk suku ini. Akan
tetapi yang banyak ditanam hanya beberapa jenis saja, diantaranya adalah Aloe barbadensis Miller, Aloe ferox Miller, Aloe perryi Baker dan Aloe
chinensis Baker. Dari jenis-jenis tersebut
yang paling banyak dimanfaatkan adalah Aloe
barbadensis Miller. Sedangkan lidah
buaya yang banyak dikembangkan di Indonesia terutama di Kalimantan Barat adalah
Aloe chinensi Baker.
C. TEKNIK PRODUKSI
Yang dimaksud dengan lokasi usaha di sini adalah
persyaratan kesesuaian agro-klimat untuk tanaman lidah buaya. Tanaman lidah
buaya tumbuh baik di wilayah bersuhu rata-rata 28 - 32oC dengan
kondisi tempat yang terbuka (tanpa naungan). Tanaman ini tergolong ke dalam tanaman
yang tahan kekeringan, didukung oleh kemampuannya menyimpan air dalam daunnya
yang tebal akibat stomatanya yang tertutup rapat untuk mengurangi penguapan di
musim kering. Di wilayah yang bercurah hujan tinggi, tanaman ini rentan
terhadap serangan cendawan Fusarium sp. di pangkal batangnya.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dan di
dataran tinggi asalkan tanahnya subur, gembur, dan kaya bahan organik, dengan
pH ideal 5.5-6. Karena itu, tanaman lidah buaya dapat tumbuh memuaskan baik di
tanah mineral maupun di tanah organik. Dengan sifat perakarannya yang dangkal,
kesuburan yang cukup di lapisan olah sedalam 30 cm dipersyaratkan untuk
pertumbuhan yang memuaskan dari tanaman ini. Tanah yang ringan (berpasir) perlu
diperbaiki dengan pupuk organik, demikian pula jika tanah berat (liat) agar
menjadi lebih sarang. Drainase yang jelek (penggenangan) tidak disenangi oleh
lidah buaya.
2. Fasilitas
Produksi dan Peralatan Usaha
Fasilitas produksi tanaman lidah buaya mencakup lahan
usahatani dengan jalan produksi dan bangunan untuk penyimpanan hasil panen.
Namun, bangunan untuk penyimpanan hasil panen tidak mutlak harus dimiliki karena
hasil panen bisa langsung mengangkut dan menjualnya ke pedagang pengumpul.
Demikian pula, jalan produksi tidak selalu dibangun di kebun karena gerobak
dorong atau kendaraan biasanya tidak diperlukan untuk masuk ke dalam kebun.
Bangunan untuk penyimpanan hasil panen dimanfaatkan untuk
menyeleksi dan membersihkan daun lidah buaya serta menyimpannya sementara
sebelum laku dijual. Bangunan penyimpanan hasil biasanya berupa dangau tanpa
dinding. Kapasitasnya disesuaikan dengan luas kebun yang diusahakan. Di
bangunan tersebut disediakan rak-rak bertingkat tempat menyimpan daun lidah
buaya segar yang telah dibungkus dengan kertas koran.
Peralatan usahatani yang standar mencakup peralatan
berkebun (cangkul atau bajak, parang, penggali tunggul, kapak, batu asah,
sprayer, ember plastik, dan gembor) dan peralatan panen dan pascapanen (pisau
pemanen, timbangan, keranjang, dan atau peti kayu).
Bahan baku produksi adalah sarana produksi tanaman yang
biasa digunakan pada budidaya lidah buaya. Sarana produksi usahatani lidah
buaya mencakup bibit, pupuk, pestisida, kertas koran untuk pembungkus. Bibit
berasal dari kebun sendiri atau dibeli dari penangkar bibit. Pupuk yang
digunakan terdiri dari pupuk organik (berupa abu serbuk gergaji dan pupuk
kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl, dan/atau pupuk daun). Pestisida
yang lazim dipakai adalah herbisida untuk pengendalian gulma.
Gambar berikut memperlihatkan alur proses produksi lidah
buaya.
5. Penyediaan
Bibit
Pengadaan bibit diperoleh hanya dengan memisahkan dan
mengumpulkan anakannya yang tumbuh (5-8 batang) di sekeliling tanaman induknya,
berukuran kira-kira sebesar ibu jari. Anakan tersebut kemudian didederkan
terlebih dahulu di pesemaian beratap hingga didapatkan bibit yang selanjutnya
diseleksi ukurannya untuk mendapatkan yang berukuran seragam dan memenuhi
syarat (3-4 minggu di pesemaian, tinggi bibit 10-20 cm). Pupuk kandang atau
kompos biasanya digunakan untuk menyiapkan bedengan pesemaian yang subur.
Pemeliharaan semaian dilakukan dengan seksama, di antaranya dengan melakukan
penyiraman dan pengendalian hama-penyakit, dan gulmanya apabila diperlukan. Kita
dapat pula menyiapkan kebun lidah buaya yang khusus untuk sumber anakan.
Polibag pun bisa digunakan untuk menggantikan bedengan pesemaian.
Bibit lidah buaya dapat pula diperoleh dengan menggunakan
stek batang. Namun, karena batang tanaman ini pendek, tidak banyak bibit yang
dapat dihasilkan dari stek tersebut. Bibit dapat pula diperoleh dari anakan
yang tumbuh di sekitar tanaman hasil peremajaan, yakni yang dipotong batangnya
setinggi permukaan tanah.
Pembukaan lahan dimulai dengan memotong semak-semak (dan
pohon-pohon jika ada), menggali perakarannya, dilanjutkan dengan membakar
seluruh biomas tersebut (disarankan agar kita tidak melakukan pembakaran
biomas, melainkan mengomposkannya). Jalan kebun selanjutnya dibuat dengan
posisi dan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya terletak di
tengah-tengah kebun selebar 2 m agar gerobak dorong dapat dengan leluasa
bergerak mencapai kebun dari jalan utama. Apabila luas lahannya sempit, jalan
kebun secara khusus tidak diperlukan.
7. Pembersihan
Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa biomas pasca pembakaran
dan bebatuan yang ada. Sisa-sisa biomas dan bebatuan tersebut disingkirkan dari
lahan produksi agar tidak menjadi sumber infeksi jasad pengganggu tanaman atau
menjadi gangguan dalam penyiapan lahan selanjutnya.
8. Pembuatan
Parit Keliling
Parit selebar 60 - 75 cm dan sedalam 100 cm (disesuaiakan
dengan kondisi lahan) dibuat di sekeliling lahan, berfungsi sebagai batas kebun
lidah buaya dan sebagai saluran drainase. Kondisi parit dipertahankan agar
dapat memenuhi fungsinya dengan cara diperbaiki bilamana mengalami kerusakan
atau pendangkalan.
9. Pencangkulan
untuk Penyiapan Bidang Tanam
Tanah dicangkul hingga gembur sebelum dibuat bedengan
tanam atau langsung ditanami dengan lidah buaya. Jika bedengan dibuat,
ukurannya disesuaikan dengan jarak tanam lidah buaya, misalnya berukuran lebar
120 cm dan tinggi 30 cm, dengan panjang yang tergantung pada kondisi lahan
(sesuai dengan panjang lahan). Setelah pencangkulan selesai, abu bakaran hasil
pembukaan lahan atau yang didatangkan dari luar kebun ditabur merata (1.5 - 2.0
kg/m2) di permukaan bedengan.
Setelah tanah dicangkul dan diratakan, lubang-lubang
tanam sedalam bilah cangkul (20 cm) dipersiapkan dengan jarak tanam tertentu
(misalnya jarak antar barisan 1 - 1.5 m dan jarak dalam barisan 0.8 - 1.0 m).
Demikian pula, lubang-lubang untuk penyimpanan pupuk dibuat di samping lubang
tanam. Kemudian, bibit dipilih yang paling seragam pertumbuhannya, diambil
(berikut tanahnya) dengan hati-hati dari bedengan persemaian atau dilepaskan
berikut tanahnya dari polibag pesemaian, kemudian diletakkan di dalam lubang
tanam yang telah dipersiapkan, dikubur, dan dipadatkan tanahnya. Banyaknya
pupuk dasar yang diberikan adalah 200 kg Urea, 100 kgSP-36 dan 50 kg KCl.
Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan penyulaman,
penyiraman, pemupukan, pengendalian hama-penyakit, pengendalian gulma,
pembuangan daun-daun yang busuk, penyobekan, dan pembumbunan tanaman.
Penyulaman tanaman dilakukan menggunakan bibit yang
seumur, yang ditinggalkan di pesemaian untuk tujuan ini. Penyulaman dilakukan
sesegera mungkin jika ada tanaman yang mati, biasanya 1 - 3 minggu setelah
tanam agar tidak ada tanaman sulaman yang tertinggal pertumbuhannya. Kelembaban
tanah dipertahankan dengan penyiraman jika dianggap perlu (tidak turun hujan).
Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara
bagi tanaman dan memperbaiki kondisi tanah, sehinga akar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup. Adapun dosis pupuk yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
No
|
Umur Tanaman
|
Jumlah Pupuk (kg)
|
Keterangan
|
Urea
|
SP 36
|
KCl
|
1
2
3
4
|
Saat tanam
4 bulan
8 bulan
12 bulan
|
200
200
200
200
|
100
-
-
-
|
50
50
50
50
|
Per hektar
Per hektar
Per hektar
Per hektar
|
Cara pemberiannya dikubur di lubang-lubang yang telah
dipersiapkan, atau khusus untuk ureanya dapat pula dilarutkan dahulu dalam air
sebelum disiramkan ke daerah perakaran tanaman (jadi, dalam kasus demikian,
tidak perlu dibuat lubang untuk pemupukan).
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai keperluan.
Hama yang biasa menyerang lidah buaya di kebun petani adalah ulat daun atau
bekicot. Ulat dikendalikan secara kimiawi, sedangkan bekicot dikumpulkan secara
manual untuk dibunuh. Penyakit yang umum adalah busuk pangkal batang yang
disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.
Pengendaliannya menggunakan fungisida seperti Dithane M-45 dan Benlate dengan
konsentrasi 2 g/liter.
Gulma menjadi saingan tanaman lidah buaya dalam
memperoleh makanan dan sinar matahari.
Di samping itu, gulma sering menjadi tanaman inang bagi hama dan
penyakit. Gulma dikendalikan dengan
herbisida yang sesuai atau dicabut secara manual sepanjang umur tanaman.
Pembuangan daun-daun yang busuk atau bakal afkir mutunya
dilakukan setidaknya bersamaan waktunya dengan pemanenan untuk menjaga
kesehatan tanaman. Daun-daun busuk dan/atau afkir dapat mencapai 0.5 persen
dari hasil panen. Daun busuk total dibuang ke luar kebun, sedangkan daun afkir
(tergolong kelas mutu C) masih dapat dijual sebagai bahan baku industri olahan
rumah tangga.
Penyobekan adalah kegiatan pemisahan anakan yang tumbuh
di sekitar tanaman sejak tanaman berumur 5 - 6 bulan agar pertumbuhan tanaman
induknya tidak terganggu (kerdil). Penyobekan dilakukan secara hati-hati dengan
pisau tajam agar tidak merusak perakaran tanaman induknya. Hasil sobekan dapat
dimanfaatkan untuk sumber bibit, didederkan di pesemaian.
Pembumbunan tanaman dilakukan untuk mengubur batang yang
telah tinggi sehingga tanaman tidak menjadi rebah terbebani oleh daunnya.
Pembumbunan dilakukan dengan memindahkan tanah dari bidang tanah di luar
barisan tanaman sedemikian rupa sehingga bedengan tanam akan terbentuk secara
teratur. Bidang tanah antar bedengan selanjutnya berfungsi sebagai saluran
drainase yang terhubungkan ke saluran keliling kebun sehingga kelebihan air pun
dapat dikeluarkan dari kebun.
Panen pertama daun lidah buaya dapat dilakukan pada
tanaman berumur 8 - 12 bulan tergantung pada keadaan penampakan daunnya, apakah
telah memenuhi persyaratan atau belum. Penampakan daun tersebut dipengaruhi
oleh kesuburan tanah: daun berukuran besar jika tanahnya subur, tetapi kecil
jika kesuburan tanah kurang. Daun yang dipanen adalah 1 - 2 helai yang paling
tua, terdapat paling bawah di pohonnya. Kualifikasi mutu daun yang dapat
dipanen ini telah mencapai bobot minimal 0.4 kg (memenuhi kelas mutu B).
Dalam pemanenan daun lidah buaya, cara panen dan
kebersihan daun terpanen harus mendapat perhatian. Pisau yang tajam dipakai
untuk menyayat pangkal daun, selanjutnya daun tersebut diputar sambil
dipisahkan dari tanaman induknya. Getah berwarna kuning kecoklatan dibiarkan
mengucur dari bekas sayatan, dijaga agar tidak mengenai helaian daunnya dengan
cara menyimpan daun tersebut miring. Pelukaan daun karena ketidakhati-hatian
saat panen agar dihindari karena hal itu dapat menurunkan kelas mutunya.
Daun hasil panen dilap dengan kain bersih setelah
dipanen, kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam
keranjang. Keranjang yang berisi daun
terpanen itu selanjutnya ditempatkan di bangunan kebun atau langsung dikirimkan
ke pedagang pengumpul. Sambil menunggu penjualan atau pengiriman, daun biasanya
dipertahankan di bangunan simpan selama 1-3 hari.
Dalam penanganan pascapanen harus diperhatikan agar daun
tidak luka atau patah karena kelas mutunya menjadi turun. Hal ini terutama
dapat terjadi ketika daun ditumpuk di dalam keranjang, ketika sedang diseleksi
dan dipilah berdasarkan kelas mutunya, ketika ditimbang dan disusun di atas rak
pasca seleksi, atau ketika disusun/dimasukkan ke dalam kemasan.
D. PENGOLAHAN LIDAH BUAYA
1.
Makanan
dan Minuman
Daun lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
dan minuman dengan cara direbus atau dimasak menjadi aneka makanan. Disamping itu bisa juga digunakan jadi bahan
baku industri dalam bentuk tepung. Di
bawah ini diuraikan cara pembuatan produk yang dapat dihasilkan dari daun lidah
buaya.
Cendol
Bahan
-
1 kg daun lidah buaya
-
¼ kg gula merah
-
250 cc santan kental
-
garam dan daun pandan secukupnya
Cara pembuatan
-
daun lidah buaya dikupas, kemudian bagian dalam yang
berlendir dipotong-potong
-
potongan daun lidah buaya tersebut kemudian diberi garam
dan diaduk-aduk hingga lendirnya keluar, selanjutnya dicuci dengan air bersih 2
– 3 kali
-
potongan yang telah bersih dimasak dengan sedikit air dan daun pandan hinga matang atau
mendidih
-
untuk sirup, gula merah dilarutkan di dalam 250 cc air
dan dididihkan, demikian pula santan kentalnya tapi pada wadah yang terpisah
-
cara penyajiannya, potongan daun lidah buaya dimasukkan
ke dalam gelas dan ditambahkan sirup air gula dan santan
-
disajikan bersama es lebih baik dan lebih segar.
Selai
Bahan
-
daging daun lidah buaya
-
500 gram gula pasir untuk 1 kg daging lidah buaya
-
asam askorbat 0,1% atau 1 gram per liter air
-
natrium benzoat 0.5% atau 5 gram per kg daging lidah
buaya
-
3 gram agar-agar bubuk atau ½ bungkus
Cara pembuatan
-
lidah buaya yang sudah bersih direndam dalam larutan asam
askorbat selama 15 menit, lalu ditiriskan dan dihancurkan menggunankan blender
-
hasil hancuran ini dipanaskan sesaat, kemudian
ditambahkan gula pasir, asam sitrat, dan agar-agar
-
dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk, lalu
ditambahkan bahan pengawet benzoat
-
jika telah terbentuk jel, pemanasan dihentikan dan busa
yang ada di permukaan selai dibuang
-
selai siap dikemas dalam botol
Teh Lidah
Buaya
Bahan
-
kulit daun lidah buaya
Cara
Pembuatan
-
kullit daun dicuci hingga bersih dan ditiriskan
-
dipotong kecil-kecil atau dirajang lalu dijemur di bawah
terik matahari hingga kering
-
setelah kering, siap dikonsumsi seperti teh biasa
Dodol
Bahan
-
1 kg daging daun lidah buaya
-
700 gram tepung ketan
-
400 gram tepung beras
-
2 kg gula pasir
-
2 liter santan
-
0,1% asam askorbat
-
pewarna (bila disukai)
-
agar-agar secukupnya
Cara Pembuatan
-
santan dan gula dimasak hinga mengental
-
tepung ketan dan beras dicampurkan ke dalam larutan gula
-
lidah buaya dimasukkan, kemudian diaduk hingga tidak
lengket di wajan
-
diberi agar-agar dan pewarna
-
dodol siap dikemas
Jeli
Bahan
-
1 kg daun lidah buaya
-
700 gram gula pasir
-
100 gram agar-agar
Cara Pembuatan
-
daun lidah buaya dikupas, kemudian bagian dalam yang
berlendir dipotong-potong
-
potongan tersebut ditambah dengan sedikit garam dan
diaduk-aduk hingga lendirnya keluar.
Setelah itu dicuci dengan air bersih sebanyak 2 – 3 kali
-
potongan daun lidah buaya kemudian diblender hingga
membentuk adonan
-
adonan dicampur dengan gula pasir dan agar-agar
-
didihkan hinga mengental, kemudian dinginkan
-
jeli siap dikonsumsi atau dikemas
Serbat
Lidah Buaya
Bahan
-
10 helai daun lidah buaya
-
500 cc air
-
1 sendok makan kapur sirih yang dilarutkan dalam 1500 cc
air
-
150 gram gula pasir
-
4 biji cengkeh
-
3 – 5 cm kayu manis
Cara Pembuatan
-
lidah buaya dikupas, kemudian dipotong kecil-kecil
membentuk dadu
-
potonan dadu diremdam dalam air kapur selama 30 menit,
kemudian ditiriskan
-
potongan dadu tersebut disiram dengan air mendidih,
kemudian dicuci sampai bersih
-
untuk membuat sirup, air, gula, kayu manis dan cengkeh
direbus hingga mendidih. Setelah
mendidih potongan lidah buaya dimasukkan ke dalamnya, dan diangkat dari api
-
disajikan dalam keadaan dingin, bisa ditamah es.
Nata de
Aloe
Bahan
- Lidah
buaya 1 kg
- Air 1 liter
- Gula 200 grm
- Essens
buah secukupnya
Cara Pembuatan
- Lidah buaya dikupas, kemudian dipotong
kecil-kecil membentuk dadu
- Rendam
dalam air garam 1% selama 30 menit, lanjutkan perendaman dengan air kapur
selama 1 jam.
- Cuci
dengan air mengalir hinga bersih.
- Rebus air
hinga mendidih, masukkan potongan lidah buaya, jaga jangan sampai memdidih
(suhu 800C) selama 10 menit.
- Angkat
dan tiriskan.
- Rebus air
, kemudian masukkan gula dan essens buah.
- Aduk-aduk
hingga gulanya larut.
- Siapkan
gelas plastik, masukkan potongan dadu lidah buaya yang sudah dipersiapkan ke
dalam gelas plastik sampai kurang lebih setengahnya.
- Tambahkan
sirup sampai penuh ke dalam gelas yang sudah berisi dadu lidah buaya.
- Siapkan
cup sealer, tutup gelas dengan lembaran plastik penutup, rekatkan dengan lata
tersebut.
- Simpan
dalam suhu dingin sebelum disajikan..
Manisan
Lidah Buaya
Bahan
- Lidah
buaya 1 kg (berat bersih).
- Gula
pasir 600 gram
- Natrium
Bisulfit 6 gram
- Kapur
sirih 2 sendok makan
Cara Pembuatan
- Kupas
lidah buaya kemudian potong-potong dengan ukuran 6 cm x 1,5 cm atau sesuaikan
dengan selera.
- Rendam
potongan lidah buaya dalam laarutan natrium bisulfat selama 1 jam, kemudian
cuci dan tiriskan.
- Rendam
lidah buaya dalam larutan kapur sampai teksturnya stabil (selama 1 jam),
kemudian cuci dengan air mengalir.
- Panaskan
campuran air dan gula pasir hingga mendidih, matikan api dan tunggu sampai
suhunya turun.
- Masukkan
lidah buaya ke dalam larutan gula, pastikan semua bagian terendam, simpan
selama 1 malam.
- Angkat
lidah buaya dan tiriskan.
2. Ramuan untuk Obat
Penyubur
Rambut
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
daun lidah buaya segar secukupnya
daun lidah buaya dikupas kulitnya
digosokan ke kulit kepala. Sebelum dicuci, kepala dibungkus
dengan kain beberapa saat agar za-zat yang terkandung dalam lidah buaya
meresap ke dalam kulit kepala
|
Luka bakar
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
daun lidah buaya segar secukupnya
dicuci bersih kemudian diambil bagian dalamnya
ditempelkan di bagian tubuh yang sakit
|
Luka
Tersayat
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
Lendir lidah buaya dan bawang putih
Lendir dicampur dengan bawang putih yang ditumbuk
ditempelkan di bagian tubuh yang luka
|
Wasir
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
½ daun lidah buaya, ½ cangkir air matang dan 2 sendok
makan madu
duri lidah buaya dibuang, daun yang sudah tidak berduri
kemudian dicuci bersih dan diparut.
Ditambahkan ½ cangkir air matang dan 2 sendok makan madu dan dicampur,
diaduk rata, lalu disaring
minum ramuan ini sehari 3 kali
|
Obat Batuk
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
20 gram lidah buaya, 40 cc madu
bahan dicampur menjadi satu
diminum langsung 2 kali sehari, pagi dan sore hari
|
Obat Penurun
Kadar Kolesterol
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
30 gram lidah buaya dan 3 buah mengkudu yang sudah
matang
lidah buaya dikupas dan dijus dengan mengkudu. Ditambah
air secukupnya dan direbus sampai mendidih
diminum selagi hangat 2 kali sehari, pagi dan sore hari
|
Mengurangi Rasa
Sakit Saat Mentruasi
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
daun lidah buaya, gula merah dan santan
daging lidah buaya dipotong kecil-kecil dan ditambah
gula merah dicampurkan dalam santan
diminum setiap hari selama satu bulan
|
Kencing manis
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
1 pelepah daun lidah buaya dan air 3 gelas
1 pelepah daun lidah buaya dicuci bersih, dibuang durinya,
kemudian dipotong-potong seperlunya dan direbus dengan 3 gelas air sampai
menjadi 1,5 gelas
diminum 3 kali sehari, masing-masing ½ gelas sesudah
makan
|
Obat Asma
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
300 gram daun lidah buaya
bahan dicuci, diparu, diperas, kemudian disaring
hasil saringan diminum langsung 2 akali sehari
|
|
|
|
Obat Maag
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
|
:
:
:
|
1 pelepah lidah buaya
Gula pasir secukupnya
Air garam 2 gelas
Air beras 1 gelas
Air 1 gelas.
Lidah buaya dikupas lalu potong-potong bentuk dadu,
cuci dengan air garam kemudian bilas dengan air bersih. Rendam dalam air beras selama 1 malam, cuci
dengan air bersih dan tiriskan. Kukus
selama 10 menit, blender sampai hancur kemudian campurkan dengan air gula
yang sudah direus.
Minum sehari 2 kali pada pagi dan sore.
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Agus G.T.K.dkk.2002. Ramuan Tradisional. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Edi Wahyono. 2002.
Mengebunkan Lidah Buaya Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Irni Furnawanthi,
SP.2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Yohanes, K. 2005.
Olahan Lidah Buaya. Trubus Agrisarana. Surabaya.