Rabu, 25 Juli 2012

Mengenal Tanaman Herbal


GANDA RUSA


Nama latin: Justica gendarrusa L.
Nama daerah: Besi-besi; Handarusa; Gondarusa; Ghandarusa; Gandarisa; Tatok
Deskripsi tanaman: Tanaman perdu, tegak, tinggi lebih kurang 1,8 meter. Batang berkayu, segi empat, bercabang, beruas, berwarna cokelat. Daun tunggal, bentuk lanset, panjang 3-6 cm, lebar 1,5-3,5 cm, bertulang menyirip, warna hijau tua. Bunga majemuk, bentuk malai, panjang 3-12 cm, mahkota bentuk tabung, berbibir dua, berwarna ungu. Buah bentuk gada, berbiji empat, licin, masih muda berwarna hijau setelah tua hitam.
Habitat: Tanaman ini tumbuh liar di hutan dan sering dijumpai sebagai tanaman pagar.
Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh bagian tumbuhan
Kandungan kimia: Alkaloid; Saponin; Flavonoid; Polifenol; Alkaloid yustisina; Minyak atsiri.
Khasiat: Analgesik; Antipiretik; Diaforetik; Diuretik; Sedatif
Nama simplesia: Gendarussae Folium

Resep tradisional: 
 
Memar:
Daun gandarusa segar beberapa helai; Minyak kelapa secukupnya, Dilayukan di atas api kecil, Ditempelkan pada kulit yang memar.
 
Sakit kepala:
Daun gandarusa segar beberapa helai; Lada beberapa butir; Air secukupnya, Dipipis hingga berbentuk pasta, Diborehkan pada pelipis dan dahi, bila perlu dibalut dengan kain basah; diulang setiap 3 jam.
 
Rematik:
Daun gandarusa segar beberapa helai; Daun kecubung segar beberapa helai; Lada hitam beberapa butir; Air secukupnya, Dipipis hingga berbentuk pasta, Diborehkan pada bagian yang nyeri; bila perlu dibalut dengan kain basah; diulang setiap 3 jam; tidak dianjurkan bagi ibu hamil.

Selasa, 29 Mei 2012

MENGENAL TANAMAN HERBAL




SAMBILOTO
Nama latin: Andrographis paniculata
Sinonim :
= Andrographis paniculata, Ness. = Justicia stricta, Lamk. = J.paniculata, Burm. = J.latebrosa, Russ.
Familia :
Acanthaceae
Nama daerah: Ki Oray, Ki Peurat, Takilo (Sunda). bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). pepaitan (Sumatra).; Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,; cong cong (Vietnam). kirata, mahatitka (India/Pakistan).; Creat, green chiretta, halviva, kariyat (Inggris).;
Deskripsi tanaman: Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi 50 – 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 – 8 cm, lebar 1 – 3 cm. Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panj ang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
 Syarat Tumbuh a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m – 700 m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 2.000 mm – 3.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan): 5 bulan – 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan – 7 bulan · Suhu udara : 250 C – 320 C · Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang b. Tanah · Tekstur : berpasir · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 200 cm – 300 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari permukaan tanah · Kemasaman (pH) : 5,5 – 6,5 · Kesuburan : sedang – tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Buatkan lubang tanam berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm b. Persiapan bibit · Biji disemaikan dalam kantong plastik. c. Penanaman · Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m
Bagian tanaman yang digunakan: Seluruh bagian tumbuhan
Kandungan kimia: Andrografin; Andrografoloid; Panikulin
Khasiat: Antiinflamasi; Antipiretik; Analgesik; Diuretik; Stomakik; Antibengkak
Nama simplesia: Andrographidis Herba

Resep tradisional: 
 

Gatal-gatal

Daun sambiloto 1 g; Jahe 1 g; Ngokilo 1 g; Akar wangi 1 g, Semua bahan ditumbuk halus seperti bubuk, Diminum 3x sehari.
  
Kudis

Daun sambiloto segar 1 genggam; Belerang sedikit, Campuran ditumbuk hingga halus sampai rata, Dilumurkan pada kulit yang sakit; dan lakukan setiap hari hingga sembuh.

 Demam digigit serangga atau binatang berbisa

Daun sambiloto 1 genggam; Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir; ampas dioleskan pada tempat gigitan.

 Kencing manis

Daun sambilata 25 helai; Daun kumis kucing 25 helai; Air 110 ml, Direbus sampai mendidih, Diminum 1 kali sehari 100 ml.

 Radang usus bantu

Daun sambiloto; Air Secukupnya, Dipipis atau diseduh , Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir; apabila ramuan dibuat seduhan maka diminum 1 kali sehari 100 ml.

 Tifus

Daun sambiloto 17 helai; Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir.
Kaki bengkak, Daun sambiloto; Air secukupnya, Dipipis hingga berbentuk pasta, Diparamkan pada kaki setiap pagi dan sore.

Senin, 13 Februari 2012

MENGENAL TANAMAN HERBAL


DELIMA PUTIH


Nama latin: Punica granatum L.
Nama daerah: Dalima; Glima; Dalimo; Gangsalan; Talima; Dilimene
Deskripsi tanaman: Tanaman perdu, tinggi 2-5 meter. Batang berkayu, bulat, bercabang, berduri, batang muda berwarna cokelat setelah tua berwarna hijau kotor. Daun tunggal, bentuk lanset, panjang 1-8 cm, lebar 5-15 mm, bertulang menyirip, warna hijau. Bunga tunggal di ujung cabang, mahkota membulat berwarna merah atau kuning. Buah buni, bulat, diameter 5-12 cm, warna hijau kekuningan.
Habitat: Tanaman ini banyak tumbuh liar dihutan-hutan atau di tanam dikebun sebagai tanaman hias/buah-buahan.
Bagian tanaman yang digunakan: Kulit kayu ; Kulit buah ; Akar
Kandungan kimia: Alkaloid tropan; Tanin; Gula; Triterpenoid; Glukosida; Estron; Lendir
Khasiat: Antelmintik; Astringen
Nama simplesia: Granati Cortex, Granati fructus Cortex, Granati Radix
Resep tradisional: 
 
Disentri:
Daun delima putih segar 5 g; Rimpang temu giring 2 g; Daun jambu biji segar 6 g; Air 110 ml, Dibuat infus, Diminum 1 kali sehari 100 ml; diulang selama 7 hari.
Keputihan:
Kulit buah delima segar 5 g; Daun beluntas segar 6 g; Herba tapak liman 5 g; Majakan 1 g; Air 110 ml, Dibuat infus, Diminum 1 kali sehari 100 ml; diulang selama 7 hari
.
Obat cacing:
Akar delima putih 1 jari; Rimpang temu giring segar 1 jari; Air 110 ml, Dibuat infus atau diseduh, Diminum 1 kali sehari 100 ml; diulang selama 4 hari. 

Rabu, 18 Januari 2012

PRODUKSI LIDAH BUAYA


A. LATAR BELAKANG

Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Belakangan tanaman ini menjadi semakin populer karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini.

Tanaman lidah buaya meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia ternyata dapat tumbuh baik di negara kita, bahkan di Propinsi Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak, tanaman ini beradaptasi jauh lebih baik daripada di tempat-tempat lainnya. Hal ini diakui oleh pakar lidah buaya mancanegara yang karenanya juga turut menyayangkan bilamana keunggulan komparatif yang dimiliki oleh tanaman ini tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Kepentingan pasar global, setidaknya regional, terhadap lidah buaya Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan berbagai program yang mendukung pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-produk tersebut baik secara domestik maupun global.  




B. MENGENAL LIDAH BUAYA


1. Sejarah Lidah Buaya

Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya  dari Ethiopia.  Akan tetapi banyak berkembang di Yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-14 SM.  Sekarang daerah penyebarannya sudah ke seluruh dunia termasuk Indonesia.  Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda di masing-masing wilayah, misalnya Filipina : natau, Malaysia : jadam, Francis : aloe, Spanyol : sa’villa, India : musabba, Arab : sabbar, Tibet : jelly leek, dan Indonesia : lidah buaya. 

Penyebaran lidah buaya di Indonesia dimulai pada abad ke-17 yang dibawa oleh orang China.  Pada awalnya lidah buaya hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan obat pencuci rambut.  Sejak tahun 1990 mulai dikembangkan secara besar-besaran untuk bahan baku kosmetik, farmasi, minuman dan makanan.

2. Manfaat Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh, mengobati berbagai penyakit maupun untuk makanan dan minuman.

Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya dapat berfungsi sebagai anti-bakteri, anti-jamur, dan regenerasi sel.  Di samping itu, lidah buaya bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderia diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung bagi penderita HIV.  Penggunaannya dapat berupa gel, dalam bentuk segar atau dalam bentuk bahan jadi (kapsul, jus, pasta, atau makanan dan minuman kesehatan).

Manfaat lain dari gel lidah buaya adalah meningkatkan sitem kekebalan tubuh, menghilangkan keletihan, menghilangkan stres, bahan pembersih tubuh, membantu menstabilkan kadar kolesterol darah, menguatkan sel dan jaringan, memperlambat penuaan dini, meningkatkan metabolisma tubuh dan menguatkan fungsi-fungsi tubuh.


3. Morfologi

Tanaman lidah buaya terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.  Akar lidah buaya merupakan akar serabut yang tumbuh ke samping sepanjang 30 – 40 cm.  Akar tersebut keluar dari batang yang tertimbun tanah.  Tinggi tanaman lidah buaya bervariasi sesuai jenisnya dengan bentuk batang bulat berserat.  Pada waktu masih muda batangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh daun yang rapat di sekeliling batang dan sebagian terbenam dalam tanah.  Akan tetapi setelah pelepahnya dipanen beberapa kali batang tanaman ini akan terlihat jelas.

Daun yang berwarna hijau dan bergerigi atau duri di sepanjang tepi daunnya mempunyai panjang bervariasi sesuai dengan jenisnya.  Bentuknya meruncing ke bagian atas seperti bentuk tombak, mempunyai permukaan yang rata di bagian atas dan cembung di bagian bawah. Daun lidah buaya banyak mengandung air, oleh karena itu tanaman ini tergolong pada tanaman sukulen.

Bunga lidah buaya tersusun melingkar di ujung tangkai yang menjulang vertikal.  Warna bunga bervariasi tergantung jenisnya, ada yang kuning, ungu, dan merah tua.


4.  Jenis lidah buaya
Lidah buaya merupakan tanaman sukulen (banyak mengandung air) yang termasuk suku Liliaceae.  Ada sekitar 350 jenis lidah buaya yang hidup di dunia yang termasuk suku ini.  Akan tetapi yang banyak ditanam hanya beberapa jenis saja, diantaranya adalah Aloe barbadensis Miller, Aloe ferox Miller, Aloe perryi Baker dan Aloe chinensis Baker.  Dari jenis-jenis tersebut yang paling banyak dimanfaatkan adalah Aloe barbadensis Miller.  Sedangkan lidah buaya yang banyak dikembangkan di Indonesia terutama di Kalimantan Barat adalah Aloe chinensi Baker.

C. TEKNIK PRODUKSI

1. Lokasi Usaha

Yang dimaksud dengan lokasi usaha di sini adalah persyaratan kesesuaian agro-klimat untuk tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya tumbuh baik di wilayah bersuhu rata-rata 28 - 32oC dengan kondisi tempat yang terbuka (tanpa naungan). Tanaman ini tergolong ke dalam tanaman yang tahan kekeringan, didukung oleh kemampuannya menyimpan air dalam daunnya yang tebal akibat stomatanya yang tertutup rapat untuk mengurangi penguapan di musim kering. Di wilayah yang bercurah hujan tinggi, tanaman ini rentan terhadap serangan cendawan Fusarium sp. di pangkal batangnya.

Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dan di dataran tinggi asalkan tanahnya subur, gembur, dan kaya bahan organik, dengan pH ideal 5.5-6. Karena itu, tanaman lidah buaya dapat tumbuh memuaskan baik di tanah mineral maupun di tanah organik. Dengan sifat perakarannya yang dangkal, kesuburan yang cukup di lapisan olah sedalam 30 cm dipersyaratkan untuk pertumbuhan yang memuaskan dari tanaman ini. Tanah yang ringan (berpasir) perlu diperbaiki dengan pupuk organik, demikian pula jika tanah berat (liat) agar menjadi lebih sarang. Drainase yang jelek (penggenangan) tidak disenangi oleh lidah buaya.

2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Usaha

Fasilitas produksi tanaman lidah buaya mencakup lahan usahatani dengan jalan produksi dan bangunan untuk penyimpanan hasil panen. Namun, bangunan untuk penyimpanan hasil panen tidak mutlak harus dimiliki karena hasil panen bisa langsung mengangkut dan menjualnya ke pedagang pengumpul. Demikian pula, jalan produksi tidak selalu dibangun di kebun karena gerobak dorong atau kendaraan biasanya tidak diperlukan untuk masuk ke dalam kebun.

Bangunan untuk penyimpanan hasil panen dimanfaatkan untuk menyeleksi dan membersihkan daun lidah buaya serta menyimpannya sementara sebelum laku dijual. Bangunan penyimpanan hasil biasanya berupa dangau tanpa dinding. Kapasitasnya disesuaikan dengan luas kebun yang diusahakan. Di bangunan tersebut disediakan rak-rak bertingkat tempat menyimpan daun lidah buaya segar yang telah dibungkus dengan kertas koran.

Peralatan usahatani yang standar mencakup peralatan berkebun (cangkul atau bajak, parang, penggali tunggul, kapak, batu asah, sprayer, ember plastik, dan gembor) dan peralatan panen dan pascapanen (pisau pemanen, timbangan, keranjang, dan atau peti kayu).

3. Bahan Baku Produksi

Bahan baku produksi adalah sarana produksi tanaman yang biasa digunakan pada budidaya lidah buaya. Sarana produksi usahatani lidah buaya mencakup bibit, pupuk, pestisida, kertas koran untuk pembungkus. Bibit berasal dari kebun sendiri atau dibeli dari penangkar bibit. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk organik (berupa abu serbuk gergaji dan pupuk kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl, dan/atau pupuk daun). Pestisida yang lazim dipakai adalah herbisida untuk pengendalian gulma.

4. Proses Produksi

Gambar berikut memperlihatkan alur proses produksi lidah buaya.

5. Penyediaan Bibit

Pengadaan bibit diperoleh hanya dengan memisahkan dan mengumpulkan anakannya yang tumbuh (5-8 batang) di sekeliling tanaman induknya, berukuran kira-kira sebesar ibu jari. Anakan tersebut kemudian didederkan terlebih dahulu di pesemaian beratap hingga didapatkan bibit yang selanjutnya diseleksi ukurannya untuk mendapatkan yang berukuran seragam dan memenuhi syarat (3-4 minggu di pesemaian, tinggi bibit 10-20 cm). Pupuk kandang atau kompos biasanya digunakan untuk menyiapkan bedengan pesemaian yang subur. Pemeliharaan semaian dilakukan dengan seksama, di antaranya dengan melakukan penyiraman dan pengendalian hama-penyakit, dan gulmanya apabila diperlukan. Kita dapat pula menyiapkan kebun lidah buaya yang khusus untuk sumber anakan. Polibag pun bisa digunakan untuk menggantikan bedengan pesemaian.

Bibit lidah buaya dapat pula diperoleh dengan menggunakan stek batang. Namun, karena batang tanaman ini pendek, tidak banyak bibit yang dapat dihasilkan dari stek tersebut. Bibit dapat pula diperoleh dari anakan yang tumbuh di sekitar tanaman hasil peremajaan, yakni yang dipotong batangnya setinggi permukaan tanah.



6. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan dimulai dengan memotong semak-semak (dan pohon-pohon jika ada), menggali perakarannya, dilanjutkan dengan membakar seluruh biomas tersebut (disarankan agar kita tidak melakukan pembakaran biomas, melainkan mengomposkannya). Jalan kebun selanjutnya dibuat dengan posisi dan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya terletak di tengah-tengah kebun selebar 2 m agar gerobak dorong dapat dengan leluasa bergerak mencapai kebun dari jalan utama. Apabila luas lahannya sempit, jalan kebun secara khusus tidak diperlukan.


7. Pembersihan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa biomas pasca pembakaran dan bebatuan yang ada. Sisa-sisa biomas dan bebatuan tersebut disingkirkan dari lahan produksi agar tidak menjadi sumber infeksi jasad pengganggu tanaman atau menjadi gangguan dalam penyiapan lahan selanjutnya.


8. Pembuatan Parit Keliling

Parit selebar 60 - 75 cm dan sedalam 100 cm (disesuaiakan dengan kondisi lahan) dibuat di sekeliling lahan, berfungsi sebagai batas kebun lidah buaya dan sebagai saluran drainase. Kondisi parit dipertahankan agar dapat memenuhi fungsinya dengan cara diperbaiki bilamana mengalami kerusakan atau pendangkalan.


9. Pencangkulan untuk Penyiapan Bidang Tanam

Tanah dicangkul hingga gembur sebelum dibuat bedengan tanam atau langsung ditanami dengan lidah buaya. Jika bedengan dibuat, ukurannya disesuaikan dengan jarak tanam lidah buaya, misalnya berukuran lebar 120 cm dan tinggi 30 cm, dengan panjang yang tergantung pada kondisi lahan (sesuai dengan panjang lahan). Setelah pencangkulan selesai, abu bakaran hasil pembukaan lahan atau yang didatangkan dari luar kebun ditabur merata (1.5 - 2.0 kg/m2) di permukaan bedengan.

10. Penanaman Bibit

Setelah tanah dicangkul dan diratakan, lubang-lubang tanam sedalam bilah cangkul (20 cm) dipersiapkan dengan jarak tanam tertentu (misalnya jarak antar barisan 1 - 1.5 m dan jarak dalam barisan 0.8 - 1.0 m). Demikian pula, lubang-lubang untuk penyimpanan pupuk dibuat di samping lubang tanam. Kemudian, bibit dipilih yang paling seragam pertumbuhannya, diambil (berikut tanahnya) dengan hati-hati dari bedengan persemaian atau dilepaskan berikut tanahnya dari polibag pesemaian, kemudian diletakkan di dalam lubang tanam yang telah dipersiapkan, dikubur, dan dipadatkan tanahnya. Banyaknya pupuk dasar yang diberikan adalah 200 kg Urea, 100 kgSP-36 dan 50 kg KCl.

11. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan penyulaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama-penyakit, pengendalian gulma, pembuangan daun-daun yang busuk, penyobekan, dan pembumbunan tanaman.

Penyulaman tanaman dilakukan menggunakan bibit yang seumur, yang ditinggalkan di pesemaian untuk tujuan ini. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin jika ada tanaman yang mati, biasanya 1 - 3 minggu setelah tanam agar tidak ada tanaman sulaman yang tertinggal pertumbuhannya. Kelembaban tanah dipertahankan dengan penyiraman jika dianggap perlu (tidak turun hujan).

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan memperbaiki kondisi tanah, sehinga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup.  Adapun dosis pupuk yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

No
Umur Tanaman
Jumlah Pupuk (kg)
Keterangan
Urea
SP 36
KCl
1
2
3
4
Saat tanam
4 bulan
8 bulan
12 bulan
200
200
200
200
100
-
-
-
50
50
50
50
Per hektar
Per hektar
Per hektar
Per hektar

Cara pemberiannya dikubur di lubang-lubang yang telah dipersiapkan, atau khusus untuk ureanya dapat pula dilarutkan dahulu dalam air sebelum disiramkan ke daerah perakaran tanaman (jadi, dalam kasus demikian, tidak perlu dibuat lubang untuk pemupukan).

Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai keperluan. Hama yang biasa menyerang lidah buaya di kebun petani adalah ulat daun atau bekicot. Ulat dikendalikan secara kimiawi, sedangkan bekicot dikumpulkan secara manual untuk dibunuh. Penyakit yang umum adalah busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Pengendaliannya menggunakan fungisida seperti Dithane M-45 dan Benlate dengan konsentrasi 2 g/liter.

Gulma menjadi saingan tanaman lidah buaya dalam memperoleh makanan dan sinar matahari.  Di samping itu, gulma sering menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit.  Gulma dikendalikan dengan herbisida yang sesuai atau dicabut secara manual sepanjang umur tanaman.

Pembuangan daun-daun yang busuk atau bakal afkir mutunya dilakukan setidaknya bersamaan waktunya dengan pemanenan untuk menjaga kesehatan tanaman. Daun-daun busuk dan/atau afkir dapat mencapai 0.5 persen dari hasil panen. Daun busuk total dibuang ke luar kebun, sedangkan daun afkir (tergolong kelas mutu C) masih dapat dijual sebagai bahan baku industri olahan rumah tangga.

Penyobekan adalah kegiatan pemisahan anakan yang tumbuh di sekitar tanaman sejak tanaman berumur 5 - 6 bulan agar pertumbuhan tanaman induknya tidak terganggu (kerdil). Penyobekan dilakukan secara hati-hati dengan pisau tajam agar tidak merusak perakaran tanaman induknya. Hasil sobekan dapat dimanfaatkan untuk sumber bibit, didederkan di pesemaian.

Pembumbunan tanaman dilakukan untuk mengubur batang yang telah tinggi sehingga tanaman tidak menjadi rebah terbebani oleh daunnya. Pembumbunan dilakukan dengan memindahkan tanah dari bidang tanah di luar barisan tanaman sedemikian rupa sehingga bedengan tanam akan terbentuk secara teratur. Bidang tanah antar bedengan selanjutnya berfungsi sebagai saluran drainase yang terhubungkan ke saluran keliling kebun sehingga kelebihan air pun dapat dikeluarkan dari kebun.

12. Panen

Panen pertama daun lidah buaya dapat dilakukan pada tanaman berumur 8 - 12 bulan tergantung pada keadaan penampakan daunnya, apakah telah memenuhi persyaratan atau belum. Penampakan daun tersebut dipengaruhi oleh kesuburan tanah: daun berukuran besar jika tanahnya subur, tetapi kecil jika kesuburan tanah kurang. Daun yang dipanen adalah 1 - 2 helai yang paling tua, terdapat paling bawah di pohonnya. Kualifikasi mutu daun yang dapat dipanen ini telah mencapai bobot minimal 0.4 kg (memenuhi kelas mutu B).

Dalam pemanenan daun lidah buaya, cara panen dan kebersihan daun terpanen harus mendapat perhatian. Pisau yang tajam dipakai untuk menyayat pangkal daun, selanjutnya daun tersebut diputar sambil dipisahkan dari tanaman induknya. Getah berwarna kuning kecoklatan dibiarkan mengucur dari bekas sayatan, dijaga agar tidak mengenai helaian daunnya dengan cara menyimpan daun tersebut miring. Pelukaan daun karena ketidakhati-hatian saat panen agar dihindari karena hal itu dapat menurunkan kelas mutunya.

13. Pascapanen

Daun hasil panen dilap dengan kain bersih setelah dipanen, kemudian dibungkus dengan kertas koran dan dimasukkan ke dalam keranjang.  Keranjang yang berisi daun terpanen itu selanjutnya ditempatkan di bangunan kebun atau langsung dikirimkan ke pedagang pengumpul. Sambil menunggu penjualan atau pengiriman, daun biasanya dipertahankan di bangunan simpan selama 1-3 hari.

Dalam penanganan pascapanen harus diperhatikan agar daun tidak luka atau patah karena kelas mutunya menjadi turun. Hal ini terutama dapat terjadi ketika daun ditumpuk di dalam keranjang, ketika sedang diseleksi dan dipilah berdasarkan kelas mutunya, ketika ditimbang dan disusun di atas rak pasca seleksi, atau ketika disusun/dimasukkan ke dalam kemasan.

D. PENGOLAHAN LIDAH BUAYA

1.    Makanan dan Minuman

Daun lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman dengan cara direbus atau dimasak menjadi aneka makanan.  Disamping itu bisa juga digunakan jadi bahan baku industri dalam bentuk tepung.  Di bawah ini diuraikan cara pembuatan produk yang dapat dihasilkan dari daun lidah buaya.

Cendol
Bahan
-   1 kg daun lidah buaya
-   ¼  kg gula merah
-   250 cc santan kental
-   garam dan daun pandan secukupnya
Cara pembuatan
-   daun lidah buaya dikupas, kemudian bagian dalam yang berlendir dipotong-potong
-   potongan daun lidah buaya tersebut kemudian diberi garam dan diaduk-aduk hingga lendirnya keluar, selanjutnya dicuci dengan air bersih 2 – 3 kali
-   potongan yang telah bersih dimasak dengan  sedikit air dan daun pandan hinga matang atau mendidih
-   untuk sirup, gula merah dilarutkan di dalam 250 cc air dan dididihkan, demikian pula santan kentalnya tapi pada wadah yang terpisah
-   cara penyajiannya, potongan daun lidah buaya dimasukkan ke dalam gelas dan ditambahkan sirup air gula dan santan
-   disajikan bersama es lebih baik dan lebih segar.

Selai
Bahan
-   daging daun lidah buaya
-   500 gram gula pasir untuk 1 kg daging lidah buaya
-   asam askorbat 0,1% atau 1 gram per liter air
-   natrium benzoat 0.5% atau 5 gram per kg daging lidah buaya
-   3 gram agar-agar bubuk atau ½ bungkus
Cara pembuatan
-   lidah buaya yang sudah bersih direndam dalam larutan asam askorbat selama 15 menit, lalu ditiriskan dan dihancurkan menggunankan blender
-   hasil hancuran ini dipanaskan sesaat, kemudian ditambahkan gula pasir, asam sitrat, dan agar-agar
-   dipanaskan hingga mendidih sambil diaduk, lalu ditambahkan bahan pengawet benzoat
-   jika telah terbentuk jel, pemanasan dihentikan dan busa yang ada di permukaan selai dibuang
-   selai siap dikemas dalam botol

Teh Lidah Buaya
Bahan
-   kulit daun lidah buaya
Cara Pembuatan
-   kullit daun dicuci hingga bersih dan ditiriskan
-   dipotong kecil-kecil atau dirajang lalu dijemur di bawah terik matahari hingga kering
-   setelah kering, siap dikonsumsi seperti teh biasa
    
Dodol
Bahan
-   1 kg daging daun lidah buaya
-   700 gram tepung ketan
-   400 gram tepung beras
-   2 kg gula pasir
-   2 liter santan
-   0,1% asam askorbat
-   pewarna (bila disukai)
-   agar-agar secukupnya
Cara Pembuatan
-   santan dan gula dimasak hinga mengental
-   tepung ketan dan beras dicampurkan ke dalam larutan gula
-   lidah buaya dimasukkan, kemudian diaduk hingga tidak lengket di wajan
-   diberi agar-agar dan pewarna
-   dodol siap dikemas

Jeli
Bahan
-   1 kg daun lidah buaya
-   700 gram gula pasir
-   100 gram agar-agar
Cara Pembuatan
-   daun lidah buaya dikupas, kemudian bagian dalam yang berlendir dipotong-potong
-   potongan tersebut ditambah dengan sedikit garam dan diaduk-aduk hingga lendirnya keluar.  Setelah itu dicuci dengan air bersih sebanyak 2 – 3 kali
-   potongan daun lidah buaya kemudian diblender hingga membentuk adonan
-   adonan dicampur dengan gula pasir dan agar-agar
-   didihkan hinga mengental, kemudian dinginkan
-   jeli siap dikonsumsi atau dikemas

Serbat Lidah Buaya
Bahan
-   10 helai daun lidah buaya
-   500 cc air
-   1 sendok makan kapur sirih yang dilarutkan dalam 1500 cc air
-   150 gram gula pasir
-   4 biji cengkeh
-   3 – 5 cm kayu manis
Cara Pembuatan
-   lidah buaya dikupas, kemudian dipotong kecil-kecil membentuk dadu
-   potonan dadu diremdam dalam air kapur selama 30 menit, kemudian ditiriskan
-   potongan dadu tersebut disiram dengan air mendidih, kemudian dicuci sampai bersih
-   untuk membuat sirup, air, gula, kayu manis dan cengkeh direbus hingga mendidih.  Setelah mendidih potongan lidah buaya dimasukkan ke dalamnya, dan diangkat dari api
-   disajikan dalam keadaan dingin, bisa ditamah es.

Nata de Aloe
Bahan
-       Lidah buaya                 1 kg
-       Air                                  1 liter
-       Gula                              200 grm
-       Essens buah               secukupnya
Cara Pembuatan
-    Lidah buaya dikupas, kemudian dipotong kecil-kecil membentuk dadu
-   Rendam dalam air garam 1% selama 30 menit, lanjutkan perendaman dengan air kapur selama 1 jam.
-   Cuci dengan air mengalir hinga bersih.
-   Rebus air hinga mendidih, masukkan potongan lidah buaya, jaga jangan sampai memdidih (suhu 800C) selama 10 menit.
-   Angkat dan tiriskan.
-   Rebus air , kemudian masukkan gula dan essens buah.
-   Aduk-aduk hingga gulanya larut.
-   Siapkan gelas plastik, masukkan potongan dadu lidah buaya yang sudah dipersiapkan ke dalam gelas plastik sampai kurang lebih setengahnya.
-   Tambahkan sirup sampai penuh ke dalam gelas yang sudah berisi dadu lidah buaya.
-   Siapkan cup sealer, tutup gelas dengan lembaran plastik penutup, rekatkan dengan lata tersebut.
-   Simpan dalam suhu dingin sebelum disajikan..

Manisan Lidah Buaya
Bahan
-       Lidah buaya                 1 kg (berat bersih).
-       Gula pasir                     600 gram
-       Natrium Bisulfit                       6 gram
-       Kapur sirih                   2 sendok makan
Cara Pembuatan
-       Kupas lidah buaya kemudian potong-potong dengan ukuran 6 cm x 1,5 cm atau sesuaikan dengan selera.
-       Rendam potongan lidah buaya dalam laarutan natrium bisulfat selama 1 jam, kemudian cuci dan tiriskan.
-       Rendam lidah buaya dalam larutan kapur sampai teksturnya stabil (selama 1 jam), kemudian cuci dengan air mengalir.
-       Panaskan campuran air dan gula pasir hingga mendidih, matikan api dan tunggu sampai suhunya turun.
-       Masukkan lidah buaya ke dalam larutan gula, pastikan semua bagian terendam, simpan selama 1 malam.
-       Angkat lidah buaya dan tiriskan.

2. Ramuan untuk Obat

Penyubur Rambut
Bahan
Cara Pembuatan
Cara Pemakaian
:
:
:
daun lidah buaya segar secukupnya
daun lidah buaya dikupas kulitnya
digosokan ke kulit kepala. Sebelum dicuci, kepala                                                                    dibungkus dengan kain beberapa saat agar za-zat yang terkandung dalam lidah buaya meresap ke dalam kulit kepala

Luka bakar
Bahan
Cara Pembuatan         
Cara Pemakaian
:
:
:
daun lidah buaya segar secukupnya
dicuci bersih kemudian diambil bagian dalamnya
ditempelkan di bagian tubuh yang sakit

Luka Tersayat
Bahan
Cara Pembuatan         
Cara Pemakaian
:
:
:
Lendir lidah buaya dan bawang putih
Lendir dicampur dengan bawang putih yang ditumbuk
ditempelkan di bagian tubuh yang luka


Wasir

Bahan


Cara Pembuatan




Cara Pemakaian
:


:




:
½ daun lidah buaya, ½ cangkir air matang dan 2 sendok makan madu

duri lidah buaya dibuang, daun yang sudah tidak berduri kemudian dicuci bersih dan diparut.  Ditambahkan ½ cangkir air matang dan 2 sendok makan madu dan dicampur, diaduk rata, lalu disaring

minum ramuan ini sehari 3 kali



Obat Batuk

Bahan

Cara Pembuatan

Cara Pemakaian
:

:

:
20 gram lidah buaya, 40 cc madu

bahan dicampur menjadi satu

diminum langsung 2 kali sehari, pagi dan sore hari


Obat Penurun Kadar Kolesterol

Bahan


Cara Pembuatan



Cara Pemakaian
:


:



:
30 gram lidah buaya dan 3 buah mengkudu yang sudah matang

lidah buaya dikupas dan dijus dengan mengkudu. Ditambah air secukupnya dan direbus sampai mendidih

diminum selagi hangat 2 kali sehari, pagi dan sore hari

Mengurangi Rasa Sakit Saat Mentruasi

Bahan

Cara Pembuatan


Cara Pemakaian
:

:


:
daun lidah buaya, gula merah dan santan

daging lidah buaya dipotong kecil-kecil dan ditambah gula merah dicampurkan dalam santan

diminum setiap hari selama satu bulan

Kencing manis

Bahan

Cara Pembuatan



Cara Pemakaian
:

:



:
1 pelepah daun lidah buaya dan air 3 gelas

1 pelepah daun lidah buaya dicuci bersih, dibuang durinya, kemudian dipotong-potong seperlunya dan direbus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1,5 gelas

diminum 3 kali sehari, masing-masing ½ gelas sesudah makan

Obat Asma

Bahan

Cara Pembuatan

Cara Pemakaian
:

:

:
300 gram daun lidah buaya

bahan dicuci, diparu, diperas, kemudian disaring

hasil saringan diminum langsung 2 akali sehari





Obat Maag

Bahan





Cara Pembuatan






Cara Pemakaian
:





:






:
1 pelepah lidah buaya
Gula pasir secukupnya
Air garam 2 gelas
Air beras 1 gelas
Air 1 gelas.

Lidah buaya dikupas lalu potong-potong bentuk dadu, cuci dengan air garam kemudian bilas dengan air bersih.  Rendam dalam air beras selama 1 malam, cuci dengan air bersih dan tiriskan.  Kukus selama 10 menit, blender sampai hancur kemudian campurkan dengan air gula yang sudah direus.

Minum sehari 2 kali pada pagi dan sore.





DAFTAR PUSTAKA

Agus G.T.K.dkk.2002. Ramuan Tradisional. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Edi Wahyono. 2002. Mengebunkan Lidah Buaya Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Irni Furnawanthi, SP.2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Yohanes, K. 2005. Olahan Lidah Buaya. Trubus Agrisarana. Surabaya.